Kekayaan dan kelimpahan
dapat membuat seseorang menyombongkan diri. Hal inilah yang terjadi pada Agus
Surjanto. Pada tahun 1988, Agus (28 tahun) sudah mempunyai pabrik sepatu. Di
usia semuda itu Agus termasuk orang muda yang sukses. Perusahaannya dapat
mengeksport sepatu ke Italia, Jerman, Belanda, dan Timur tengah. Agus menikah
dengan Oudilia Abraham dan dikaruniai 3 orang anak. Pada saat itu Agus merasa
bahwa hidupnya sangat sempurna dan dia dapat melakukan semuanya tanpa pertolongan Tuhan.
Kala itu, dia dan
teman-teman kantornya sering pergi ke tempat karaoke dan pulang jam 4 pagi. Bahkan
suppliernya dari Taiwan jika datang ke Indonesia pasti selalu mengajaknya ke Night Club. Hidupnya sudah sangat tidak
teratur dan jauh dari Tuhan, namun Oudilia tetap berdoa agar keluarganya
dipulihkan, walaupun dia terkadang berpikir bahwa tidak akan kuat kalau
kelakuan suaminya seperti itu. Sampai suatu saat pada tahun ke 2 pernikahan,
perusahaan yang dimilki Agus mengalami masalah, diantaranya kehilangan 2 truk
sepatu di Timur Tengah, dan 5 truk sepatu di italia. Masalah ini tidak juga membuat Agus berpaling kepada Tuhan.
Perusahaan pun
mengalami krisis, rumah digadai dan bisa dipastikan kondisi keuangan keluarganya
sangat kronis. Bahkan Agus tak bisa membayar listrik, uang sekolah. Dia sangat malu pada saat itu, namun tetap mengandalkan kekuatannya.
Pada tahun ke 3,untuk
memenuhi kebutuhannya Agus dan istrinya menjual anting, cincin bahkan kalung
pernikahannya dulu. Hingga pada tahun ke-5 permasalahannya pun tak kunjung
selesai. Walau sudah menjual apa yang
dia punya, namun untuk makan saja sangat sulit. Agus mencoba untuk pinjam
sana-sini dari kerabat keluarga sampai teman-temannya. Namun, alhasil tidak ada
yang mau memberikan pinjaman. Walau demikian,
Agus pun tak kunjung jera. Dia tetap mengeraskan hati bahkan pergi ke dukun
untuk meminta kekayaan. Setiap kali Agus mengajak istrinya untuk pergi ke dukun, Oudilia tidak pernah mau dan tak pernah setuju suaminya pergi ke dukun.
Bukannya menjadi kaya, kondisi
ekonomi Agus tetap hancur. Namun, doa Oudilia tidak sia-sia, pada tahun ke-6 harapan
diwujudkan Tuhan. Agus membuka hati dan bertobat. Dia menyadari bahwa Dia
memerlukan pertolongan Tuhan. Pemulihan pun terjadi dalam keluarga. Agus dan Oudilia menyadari bahwa dalam
kesehatian ada jalan keluar. Tuhan mengirimkan seseorang untuk membantu keluarga Agus. Agus mendapat
tawaran untuk bekerjasama dalam usaha cleaning service. Dia sempat berpikir “ kenapa harus cleaning service Tuhan?
Apakah tak ada yang lebih berbobot?” Namun Agus hanya taat saja kepada apa yang Tuhan berikan.
Agus dan Oudilia pun bersehati
dalam membangun usaha cleaning service. Awalnya karyawannya hanya 3 orang.
Berkat usaha dan doa, akhirnya perusahaannya terus berkembang. Dan pada tahun
2002, perusahaannya sudah menjadi besar. Agus menyadari bahwa “ Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya,
susah payah tidak akan menambahinya”. Kini keluarga Agus Surjanto dan
Oudilia Abraham sudah dipulihkan Tuhan, khususnya dari segi ekonomi. Kini Agus juga melayani orang-orang yang belum mengenal Tuhan.
“
Tetapi carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadaMu ( Matius 6:33)”